Setelah mengetahui apa itu soft selling dan hard selling, kini mungkin kamu bertanya-tanya: mana yang lebih penting di antara keduanya? Untuk tahu jawabannya, tentu kamu harus mengenal lebih jauh apa saja perbedaan dari soft selling dan hard selling. Dengan begitu, kamu bisa menyesuaikan teknik mana yang memang perlu difokuskan dalam bisnismu.
Hard selling dikenal sebagai teknik yang mengandalkan penjualan secara to-the-point. Sementara soft selling mengandalkan permainan kata yang lebih halus dan bersifat persuasif, dengan tujuan membuat konsumen menjadi lebih penasaran.
Selain perbedaan dasar tersebut, berikut aspek-aspek lain yang membedakan kedua teknik ini:
Jangka Waktu Penjualan
Seperti yang kita ketahui, hard selling menitikberatkan pada ajakan konsumen untuk segera melakukan pembelian produk atau jasa yang kamu jual. Itu artinya, teknik ini memang digunakan untuk penjualan yang bersifat jangka pendek. Contohnya, kamu rutin melakukan sales call setiap hari karena ada target penjualan yang memang harus kamu capai dalam waktu dekat.
Sedangkan soft selling biasanya digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Contohnya, campaign di social media yang kamu bentuk sedemikian rupa, yang tak hanya fokus menjadikan sales sebagai target, tapi juga untuk membangun branding jangka panjang.
Keterikatan dari konsumen
Melalui soft selling, konsumen diajak untuk mengenal suatu brand lebih dalam. Salah satunya bisa dilakukan dari brand engagement yang bisa mengikat konsumen dan menjadikannya konsumen jangka panjang. Semakin tinggi brand engagement, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya penjualan.
Tapi, bukan berarti hard selling tidak bisa diandalkan. Yang membedakan hanya tingkat ketertarikan dan seberapa besar konsumen merasa terikat pada suatu brand.
Jenis bisnis yang kamu jalani
Setiap bisnis dengan bentuk yang berbeda-beda, tentu membutuhkan teknik dan cara mengelola yang berbeda pula. Begitu pula dari teknik penjualannya. Biasanya, industri yang lebih sering menggunakan teknik hard selling adalah telemarketing, perbankan, asuransi, dan lain-lain.
Sedangkan soft selling lebih sering digunakan pada industri yang menuntut adanya engagement langsung dengan pelanggan, misalnya konsultan, content marketing, digital agency, dan masih banyak lagi.
Nah, itulah 3 perbedaan dari soft selling dan hard selling yang bisa kamu jadikan patokan untuk mengetahui mana teknik yang paling sesuai dengan bisnismu. Tapi, dengan perbedaan-perbedaan di atas, bukan berarti kedua teknik ini tidak bisa dikombinasikan. Kamu bisa mulai menggabungkan teknik soft selling dan hard selling dengan porsi yang sudah disesuikan. Karena pada dasarnya, penjualan jangka pendek dan jangka panjang adalah dua hal yang sama-sama penting untuk perkembangan bisnismu.
Sejauh ini, teknik mana yang lebih sering kamu pakai, Bilmo People?